“Si Kirinyuh” Gulma Liar & Melimpah, nan Kaya Manfaat
oleh Desty Restia Rahmawati, Rumiyati
Gambar 1. Morfologi Tumbuhan Kirinyuh (Chromolaena odorata) (dokumentasi pribadi, April 2023).
Kingdom : Plantae
Super-divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub-divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena DC.
Spesies : Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Rob.[2,16]
Berbicara tentang gulma, kemungkinan banyak kata negatif yang terlintas di kepala kita, seperti tumbuhan liar, kurang bermanfaat, pengganggu, dan merugikan. Namun, siapa sangka bahwa terdapat gulma liar yang tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. Meskipun saat ini dianggap sebagai tumbuhan pengganggu yang sulit dikendalikan, namun sebenarnya dengan kelimpahannya, gulma dapat dimanfaatkan menjadi sumber bahan baku yang murah dan sangat menguntungkan pada beberapa sektor [1,2,6]. Dengan begitu, gulma sebenarnya dapat meningkatkan nilai gunanya dan memberikan manfaat yang besar. Seperti halnya dengan kirinyuh, salah satu jenis gulma yang sering dipandang sebelah mata. Dengan memanfaatkan kelimpahannya, kirinyuh bisa menjadi alternatif sumber bahan alam yang dapat dimanfaatkan dalam kesehatan.
Kirinyuh, juga dikenal sebagai “siam weed” dan Chromolaena odorata dalam nama latinnya, adalah tumbuhan liar yang subur di lingkungan terabaikan dan umumnya ditemukan di wilayah tropis, termasuk di Indonesia. Meskipun sering dianggap sebagai gulma yang merugikan, penelitian menunjukkan bahwa daun kirinyuh memiliki potensi sebagai agen antikanker, anti penuaan dan penyembuh luka bakar [17]. Tumbuhan ini mengandung beragam senyawa kimia yang bermanfaat, beberapa di antaranya telah diteliti dan ditemukan memiliki efek antikanker yang signifikan. Meskipun kirinyuh sering diabaikan karena dianggap sebagai gulma, sebenarnya tumbuhan ini memiliki potensi yang menjanjikan sebagai sumber bahan alami yang berharga. Kirinyuh memiliki keunikan dan nilai ekonomi yang tinggi dengan bentuk daun oval bergerigi dan dapat tumbuh subur di berbagai lingkungan. Meskipun kemampuan tumbuhnya yang cepat dan penyebaran bijinya yang melimpah dapat menghalangi pertumbuhan tumbuhan lain, dengan pengelolaan yang tepat, kirinyuh dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak dan sebagai obat herbal. Jadi, meskipun sering dianggap sebagai gulma, kirinyuh memiliki potensi yang menjanjikan jika dikelola dengan baik [7,8].
Daun kirinyuh mengandung berbagai senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan polifenol, di antaranya flavonoid telah diteliti karena memiliki kemampuan mencegah pertumbuhan sel kanker dengan mengganggu pembelahan sel melalui mekanisme cell cycle arrest, sedangkan senyawa lain seperti terpenoid juga memiliki efek antikanker yang signifikan dengan kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan menekan metastasis [9,12]. Selain itu, daun kirinyuh juga memiliki manfaat lain bagi kesehatan seperti efek antiinflamasi, antioksidan, wound-healing, dan antimikroba, sehingga telah digunakan dalam pengobatan tradisional [4,5,10,11,17]. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang tepat dan memahami mekanisme yang terlibat dalam efek antikanker, serta untuk memahami potensi sebagai sumber bahan alami dalam pengembangan obat-obatan antikanker dan pengobatan tradisional, termasuk untuk memahami efek samping yang mungkin terjadi pada manusia [3,4,5].
Salah satu metode ekstraksi yang sesuai untuk mendapatkan ekstrak daun kirinyuh adalah dengan menggunakan pelarut organik seperti metanol atau etanol. Metode ekstraksi ini umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi atau ekstraksi Soxhlet [13,14]. Proses ekstraksi maserasi melibatkan pencampuran daun kirinyuh dengan pelarut organik dalam jangka waktu tertentu, sedangkan ekstraksi Soxhlet melibatkan proses sirkulasi pelarut organik melalui bahan tanaman dalam suhu yang terkontrol. Kedua metode ini efektif untuk mengisolasi senyawa-senyawa aktif dalam daun kirinyuh. Namun, pemilihan metode ekstraksi yang tepat perlu disesuaikan dengan tujuan penelitian dan karakteristik senyawa yang akan diekstraksi [15].
Dengan adanya penelitian yang lebih lanjut dan perkembangan teknologi, potensi daun kirinyuh sebagai agen antikanker dan anti-penuaan terus dieksplorasi untuk pengembangan obat-obatan baru yang lebih aman dan efektif. Kirinyuh sebagai sumber daya yang melimpah di banyak negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memberikan harapan dalam pengembangan produk-produk berbasis tumbuhan yang dapat memberikan manfaat kesehatan kepada masyarakat. Namun, penelitian lanjutan yang lebih mendalam diperlukan untuk memahami secara menyeluruh mekanisme aksi dan potensi efek samping dari senyawa aktif dalam daun kirinyuh guna memastikan keamanan dan efektivitas penggunaannya dalam pengobatan dan pengembangan obat-obatan baru.
Daftar Pustaka
- Oluwaniyi OO, et al. Chromolaena odorata (L.) King and Robinson: A Review on Its Ethnobotany, Phytochemistry, Pharmacology, and Toxicology. Front Pharmacol. 2019;10:417. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6481203/
- https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=37034#null
- Adu OM, Yahaya DI, Olanrewaju DO, Ujah FE, Onah EI. Anti-Cancer Activity of Phytochemical Extracts from Chromolaena odorata on Liver, Breast and Colorectal Cancer Cells: A Review. Int J Biol Res. 2023;4(1):38-43.
- Anyasor GN, Aina DA, Olushola M, Aniyikaye AF. Phytochemical constituent, proximate analysis, antioxidant, antibacterial and wound healing properties of leaf extracts of Chromolaena Odorata. Ann Biol Res. 2011;2(2):171-179.
- Oloyede OB, Akintoye FA, Omotayo FO. Evaluation of the anticancer properties of the methanol leaf extract of Chromolaena odorata on HT29 lung cancer cell line. Heliyon. 2021;7(10):e08404.
- Asikin S, Thamrin M. Pengendalian hama serangga sayuran ramah lingkungan di lahan rawa pasang surut. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan. Bogor. 2006:73-86.
- FAO. Alien Invasive Species: Impacts on forests and Forestry – A review. [Internet]. 2006 [cited 2007 Oct 25]. Available from: https://www.fao.org/3/a-a0875e.pdf
- Prawiradiputra BR. Kirinyu (Chromolaena odorata L.) R.M King dan H. Robinson: Gulma padang rumput yang merugikan. Wartazoa. 2007;17(1):46-52.
- Milutinović M, Cvetković D. Anticancer activity of secondary metabolites of Teucrium species. In: Vangelis S, editor. Teucrium Species: Biology and Applications. Singapore: Springer; 2020. p. 355-390.
- Dahham SS, Tabana YM, Iqbal MA, Ahamed MB, Ezzat MO, Majid AS, Majid AM. The anticancer, antioxidant and antimicrobial properties of the sesquiterpene β-caryophyllene from the essential oil of Aquilaria crassna. Molecules. 2015;20(7):11808-11829.
- Hu J, Qi Q, Zhu Y, Wen C, Olatunji OJ, Jayeoye TJ, Eze FN. Unveiling the anticancer, antimicrobial, antioxidative properties, and UPLC-ESI-QTOF-MS/GC–MS metabolite profile of the lipophilic extract of siam weed (Chromolaena odorata). Arab J Chem. 2023;16(7):104834.
- Reotutar LP, Supnet GA. Phytochemical Screening of Wellawel (Chromolaena odorata) Leaf Extract. The Vector: Int J Emerg Sci Technol Manag. 2007;16(1).
- Amos-Tautua B, Nwigwe H, Egielewa S, Eze C. Comparative Extraction Studies of Phytochemicals from Chromolaena odorata. J Chem Pharm Res. 2015;7(3):892-898.
- Manjunatha BK, Vidya SM, Patel K, Ranjini P, Sindhu GR. Phytochemical screening and extraction of secondary metabolites from Chromolaena odorata (L.) King and Robinson (Asteraceae) leaves. Int J Pharm Pharm Sci. 2014;6(6):242-245.
- Sudjarwo SA, Sudjarwo GW, Koerniasari R, Yunaidi DA. Effect of Extraction Methods on the Antioxidant Activity of Chromolaena odorata (L.) King & H. E. Robins. Leaves Extract. J Ilmu Pertan Indones. 2017;22(3):171-177.
- http://plantamor.com/species/info/chromolaena/odorata#gsc.tab=0
- Phan TT, Hughes MA, Cherry GW. Enhanced proliferation of fibroblasts and endothelial cells treated with an extract of the leaves of Chromolaena odorata (Eupolin), an herbal remedy for treating wounds. Plast Reconstr Surg. 1998;101(3):756-765.