Manusia hidup dalam batasan dimensi ruang dan waktu sehingga timbul istilah umur, yakni waktu yang dilalui untuk menempuh hidup. Dalam kaitan ini terdapat dua cara pandang tentang umur. Pertama, umur dilihat dari perjalanan peristiwa yang dilalui dalam hidup yang bergerak maju, sehingga semakin lama umur akan bertambah. Yang kedua, umur dilihat dari usia harapan hidup sehingga semakin lama umur akan semakin pendek. Kata orang bijak, semakin bertambah umur sebenarnya usia kita semakin pendek. Kedua cara pandang ini sama benarnya sesuai dengan hukum biologi yang dikenal sampai saat ini.
Istilah umur juga digunakan untuk memberikan makna masa (lamanya) suatu produk, baik barang, jasa maupun ideology dapat dimanfaatkan. Untuk produk obat dan makanan ada istilah batas kadaluwarsa yang batasnya sudah dapat ditentukan sesuai hasil penelitian. Berbeda dengan hasil karya manusia yang berupa jasa, apalagi ideology yang dapat mempengaruhi banyak orang/masyarakat. Untuk produk ini, batasnya sangat tidak jelas, bisa pendek, tapi juga bisa tak terbatas tergantung kualita produknya. Bahkan seringkali jasa dan ideology menjadi independen dari umur biologis orangnya sendiri dan menjadi karakter umurnya yang lebih ditentukan oleh orang-orang yang mengambil manfaat darinya.
Ilustrasi pemaknaan umur biologis dapat dijumpai pada cerita si domba “Dolly” hasil kloning tahun 1996 lalu oleh Ian Wilmuth dkk. Tiga tahun kemudian, di majalah Nature edisi bulan mei (1999), penelitinya melaporkan bahwa si dolly tersebut ternyata memiliki umur aktual yang sama dengan induknya. Mereka mendapatkan kenyataan bahwa ternyata antara dolly dan induknya memilki panjang telomer yang sama.
Telomer adalah bagian ujung kromosom yang berfungsi untuk menjaga agar antar kromosom tidak saling gandengan. Selain itu telomer juga berfungsi untuk menjaga keutuhan genom (materi genetik) selama perkembangan sel. Telomer ini akan memendek setiap kali sel membelah dan pada panjang tertentu, sel akan berhenti membelah, atau yang disebut sel yang menua yang selanjutnya akan mati. Sel-sel germinal (sel sperma dan sel telur), kromosomnya memilki telomer yang normal panjang untuk persiapan kehidupan jangka panjang. Sedang sel-sel somatis telomernya sudah mengalami pemendekan, dan akan terus memendek selama perkembangan sel.
Domba kloning Dolly, embryo-nya dikembangkan bukan dari kromosom yang berasal dari sel germinal melainkan dari sel somatis. Kromosomnya diambil dari sel somatic seekor domba yang berumur 6 tahun. Setelah tiga ahun berjalan para peneliti tersebut mendapatkan bahwa ternyata panjang telomer antara induk dan doly tidak berbeda dan setiap tahun memiliki kecepatan pemendekan yang sama pula. Jadi meskipun umur si doly baru 3 tahun tapi fisiknya sebenarnya berumur 9 tahun; sama dengan induknya.
Tentu para peneliti tidak puas dengan keadaan itu dan mencoba untuk menyempurnakannya dan ternyata berhasil. Robert P. Lanza dkk., melalui majalah Science edisi 28 April 2000, melaporkan bahwa mereka telah berhasil membuat sapi kloning yang memiliki telomer yang lebih panjang dari pada induknya. Keberhasilan ini membuat orang jadi berkhayal untuk membuat turunan binatang yang punya life expectancy yang lebih lama dari yang biasanya (normal). bahkan, khayalannya berlanjut, bahwa bila teknik ini berhasil diterapkan pada manusia maka akan dapat memperpanjang life expectancy-nya hingga 180 – 200 tahun. Namun demikian, banyak orang masih hati-hati mengomentari masalah ini meskipun sampai sekarang (2008) perkembangn penelitian cloning juga semakin pesat.
Perpanjangan telomer pada sapi kloning disebabkan karena adanya ekspresi suatu gen (EPC-1) yang meningkat tinggi yang mengaktifkan enzim telomerase, enzim yang memperpanjang telomer. Akibat dari ekspresi yang berlebihan dari EPC-1 ini masih terus diamati … Dan belakangan (2004-2007) diketahui bahwa EPC-1 memang ikut berperan dalam menjaga integritas sel-sel kulit. Penurunan ekspresi protein tersebut akan mempercepat penuaan sel-sel kulit.
Perpanjangan telomer tentu juga ada batasnya dan hal ini akan ikut andil dalam proses penuaan species. Di sisi lain, masalah penuaan juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya aktivitas mitokondria. Semakin lama sel hidup, maka semakin banyak faktor kerusakan pada mitokondria yang akan memacu proses kematian sel (melalui mekanisme apoptosis). Proses tersebut memang dapat diperlambat, misalnya dengan diet yang baik, tapi boleh dikatakan tidak dapat dihentikan. Demikian juga dengan proses pemendekan telomer.
Proses biologis tersebut mengajarkan kita bahwa, semakin bertambah tambah tua, berarti telomer yang ada pada setiap sel pada tubuh juga semakin pendek, dan akan terus memendek. Disamping itu kerusakan sel yang dipicu oleh metabolisme juga akan semakin banyak hingga mengantarkan pada penuaan dan kematian sel dan secara keseluruhan akan menuju pada kerusakan proses fisiologis tubuh (sering kita sebut sebagai penyakit degeneratif) . Proses ini pasti terjadi sesuai dengan perjalanan waktu yang ditempuh (umur yang bertambah) dengan masa yang sudah tertentu (life expectancy).
maka …RasululLah mengajarkan kita ..
Gunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu …
Gunakan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu …
Agar umur kita tidak ditentukan oleh kerusakan sel2 tubuh kita , tapi lebih ditentukan oleh orang2 yang mengambil manfaat dari aktivitas dan silaturrohim kita.
Salam CCRC