Potensi Pakis Sayur sebagai Sumber Pangan dan Obat-Obatan
oleh Shabrina Adzhani, Edy Meiyanto
Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Pakis Sayur [15]
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Athyriales
Famili : Athyriaceae
Genus : Diplazium
Spesies : D. esculentum
Nama binomial : Diplazium esculentum
(Gambar 1. Foto Diplazium esculentum (sumber: dokumen pribadi)
Diplazium esculentum atau yang dikenal dengan pakis sayur merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di daerah perbukitan. Pakis sayur juga bisa ditemukan di tepi sungai atau tebing-tebing yang lembap dan teduh. Tanaman ini tumbuh luas di Benua Asia, khususnya Kamboja, Cina, India, Jepang, Malaysia, Papua Nugini, Pakistan, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia [1].
Pakis sayur dapat diidentifikasi berdasarkan morfologinya yang memiliki rimpang tertutup sisik atau bulu halus (rufous) dengan tinggi sekitar 50 cm. Daun pakis sayur berbentuk menyirip dua dengan tangkai daun kecokelatan. Panjang daun majemuk dari tanaman ini bisa mencapai 1,5 m dengan panjang daun sekunder sekitar 8 cm dan lebar 2 cm [2].
Secara tradisional, D. esculentum banyak digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit seperti diabetes, cacar, asma, diare, rematik, disentri, sakit kepala, demam, luka, nyeri, campak, tekanan darah tinggi, konstipasi, oliospermia, patah tulang, pembengkakan kelenar, dan penyakit kulit lainnya [3]. Selain itu, bagian muda tumbuhan ini popular dikonsumsi sebagai sayur sehingga umum dikenal dengan sebutan pakis sayur atau paku sayur di berbagai kalangan masyarakat.
Baru-baru ini beberapa peneliti melakukan studi mengenai efek farmakologi atau aktivitas positif senyawa kimia yang terkandung dalam pakis sayur bagi tubuh manusia. Diketahui tanaman ini memiliki senyawa bioaktif, seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, fenolik, tanin, terpenoid, steroid, karbohidrat, dan lemak [4-12]. Studi lain juga menyebutkan [13], komposisi kimia minyak atsiri yang diisolasi dari daun D. esculentum dan senyawa volatil utama diidentifikasi sebagai â-pinene (17,2%), á-pinene (10,5%), caryophyllene oksida (7,5%), sabinene (6,1%), dan 1,8-cineole (5,8%). Kandungan fitokimia daun pakis sayur tersebut membuatnya memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Untuk mendapatkan profil fitokimia D. esculentum di atas, daun pakis sayur dapat diekstraksi salah satunya menggunakan metode ekstraksi air panas bertekanan tinggi atau pressurized hot water extraction (PHWE) [14]. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk mendapatkan aktivitas antioksidan terbaik adalah pada suhu 175°C dengan waktu ekstraksi selama 21 menit. Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan 2 g serbuk kering dalam 50 mL air dalam desain Box-Behnken. Ekstrak tumbuhan yang didapatkan menunjukkan aktivitas antioksidan sedang dengan nilai EC50 (konsentrasi suatu zat yang diperlukan untuk mencapai 50% efek biologis maksimum) sebesar 1241,14 μg/mL melalui uji DPPH.
Selain dengan cara ekstraksi di atas, sumber lain menyebutkan tumbuhan pakis sayur juga dapat diekstraksi menggunakan pelarut metanol-air[16]. Ekstraksi diawali dengan dikeringkan pucuk daun muda pakis sayur pada suhu ruang selama 7 hari dan dihaluskan menjadi bubuk. Bubuk (100 g) dicampur dengan 500 ml metanol:air (7:3) menggunakan shaker selama 15 jam kemudian campuran tersebut disentrifugasi pada 2850×g dan supernatan dipisahkan. Pelet dicampur kembali dengan 500 ml metanol-air dan seluruh proses diulangi sekali lagi. Supernatan yang dikumpulkan dari dua tahap esktraksi dicampur dalam labu alas bulat dan dipekatkan dalam tekanan rendah mnggunakan rotary evaporator. Ekstrak yang terkonsentrasi kemudian diliofilisasi. Ekstrak yang didapatkan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dengan IC50 90,39 μg/mL; 4,17 mg/mL; 3,35 mg/mL; dan 1,33 mg/mL secara berurutan dengan uji superoxide anion scavenging (O2·−); hydrogen peroxide scavenging (H2O2); peroxynitrite scavenging (ONOO−); dan iron chelating.
Dengan demikian, tumbuhan pakis sayur memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Kandungan gizi dan senyawa aktif yang dimilikinya menjadikan tumbuhan ini sebagai sumber pangan yang sehat dan bergizi. Sementara itu, manfaat kesehatannya menjadikan Diplazium esculentum sebagai obat alternatif yang menarik. Pengembangan D. esculentum sebagai obat herbal dengan harapan memiliki efek samping yang minimal dapat meningkatkan nilai gunanya yang sebelumnya hanya sebatas dijadikan sayur. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan potensi Diplazium esculentum sebagai sumber pangan dan obat-obatan yang lebih optimal.
Referensi
[1] Manickam, V.S. and Irudayaraj, V., 2003. Pteridophyte Flora of Nilgiris, South India.
[2] Yoshitaka, T. and Nguyen, V.K., 2007. Edible wild plants of Vietnam. Bangkok, Thailand: The Foundation of Agricultural Development and Education.
[3] Zannah, F., Amin, M., Suwono, H. and Lukiati, B., 2017, May. Phytochemical screening of Diplazium esculentum as medicinal plant from Central Kalimantan, Indonesia. In AIP Conference Proceedings (Vol. 1844, No. 1, p. 050001). AIP Publishing LLC.
[4] Akter, S., Hossain, M.M., Ara, I. and Akhtar, P., 2014. Investigation of in vitro antioxidant, antimicrobial and cytotoxic activity of Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Int J Adv Pharm Biol Chem, 3(3), pp.723-733.
[5] Amna, U. and Mardina, V., 2020. Antioxidant activity of methanol extract of Diplazium esculentum (Retz.) Sw. leaves collected from Aceh. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 725, No. 1, p. 012082). IOP Publishing.
[6] Choudhury, J., Majumdar, S., Roy, S. and Chakraborty, U., 2017. Antioxidant activity and phytochemical screening of two edible wetland pteridophytes Diplazium esculentum (Retz) Sw and Marsilea minuta L.-a comparative study. World journal of pharmaceutical and medical research, 3(9), pp.195-203.
[7] Das, B., Paul, T., Apte, K.G., Chauhan, R. and Saxena, R.C., 2013. Evaluation of antioxidant potential & quantification of polyphenols of Diplazium esculentum Retz. with emphasis on its HPTLC chromatography. journal of pharmacy research, 6(1), pp.93-100.
[8] Halimatussakdiah, H., Amna, U. and Wahyuningsih, P., 2018. Preliminary phytochemical analysis and larvicidal activity of edible fern (Diplazium esculentum (retz.) sw.) extract against culex. Jurnal Natural, 18(3), pp.141-147.
[9] Junejo, J.A., Ghoshal, A., Mondal, P., Nainwal, L., Zaman, K., Singh, K.D. and Chakraborty, T., 2015. In-vivo Toxicity Evaluation and Phytochemical, Physicochemical Analysis of Diplazium esculentum (Retz.) Sw. leaves a Traditionally used North-Eastern Indian Vegetable. Advances in Bioresearch, 6(5).
[10] Koniyo, Y., Lumenta, C., Olii, A.H., Mantiri, R.O.S.E. and Pasisingi, N., 2021. Nutrition of local wild edible fern (Diplazium esculentum) leaves. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 637, No. 1, p. 012008). IOP Publishing.
[11] Naik, B., Maurya, V.K., Kumar, V., Kumar, V., Upadhyay, S. and Gupta, S., 2021. Phytochemical analysis of Diplazium esculentum reveals the presence of medically important components. Current Nutrition & Food Science, 17(2), pp.210-215.
[12] Tabiano, J. and Deliman, Y., 2014, October. In vitro inhibitory activity of Atuna racemosa, Euphorbia hirta and Diplazium esculentum juices against α-amylase and α-glucosidase. In International Seminar on Science and Technology (Vol. 2014, p. 89).
[13] Essien, E.E., Ascrizzi, R. and Flamini, G., 2019. Characterization of volatile compounds of Diplazium esculentum. Chemistry of Natural Compounds, 55, pp.958-959.
[14] Nur, A.J., Khairul, F.K., Nuradibah, M.A. and Noor, S.S.S., 2018, September. Optimization of Diplazium esculentum extract using pressurized hot water extractor by Box-Behnken design of experiments and its antioxidative behavior. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 429, No. 1, p. 012064). IOP Publishing.
[15] PPG I, 2016. A community-derived classification for extant lycophytes and ferns. Journal of Systematics and Evolution, vol. 54, no. 6, pp. 563–603.
[16] S. Roy, B. Hazra, N. Mandal, and T. K. Chaudhuri, 2013. Assessment of the antioxidant and free radical scavenging activities of methanolic extract of Diplazium esculentum. International Journal of Food Properties, vol. 16, no. 6, pp. 1351– 1370.