UGM EXPO merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan LPPM untuk memperingati Dies Natalis UGM. Rangkaian acara yang diadakan selama sepekan (17 – 22 November 2014) di Grha Sabha Pramana tersebut bertujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat luas mengenai IPTEKS UGM. Dalam rangkaian acara tersebut, Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) mendapatkan kesempatan untuk berbagi informasi mengenai Potensi Pengembangan Obat Herbal Antikanker Indonesia (19/11). Acara yang dipandu oleh Rohmad Yudi Utomo, S. Farm., dihadiri oleh sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.
Acara tersebut dibuka dengan pemaparan singkat oleh dr. Ika Rahmawati S. mengenai faktor pemicu kanker. Faktor pemicu kanker dapat berasal dari lingkungan di sekitar kita seperti asap kendaraan, makanan, minuman, dan gaya hidup. Banyak orang berpandangan bahwa kanker disebabkan oleh keturunan, padahal faktor tersebut hanya memiliki presentase sebesar 10%, sedangkan faktor terbesarnya adalah gaya hidup yang memiliki andil sebesar 80 %, sisanya adalah faktor-faktor lain. Gaya hidup yang tidak baik seperti: merokok, konsumsi makanan cepat saji, jarang berolahraga merupakan faktor yang dapat mempercepat tumbuhnya sel kanker dalam tubuh. Jika terdapat mutasi sel dalam tubuh, dan tubuh tidak dapat melakukan perbaikan maka sel termutasi tersebut akan tumbuh secara abnormal menjadi kanker.
Pengobatan kanker yang umum dilakukan antara lain pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan senyawa kimia tertentu yang dapat menyebabkan kematian sel kanker. Di sisi lain, saat ini sudah mulai banyak pengobatan kanker menggunakan herbal. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana efek berbagai herbal tersebut terhadap sel kanker? CCRC telah melakukan berbagai penelitian mengenai aktivitas herbal terhadap kanker. Herwandhani Putri, S. Farm., Apt., menyebutkan bahwa bahan alam seperti rimpang kunyit (Curcuma longa), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kayu secang (Caesalpinia sappan), kulit manggis (Garcinia mangostana) dan kulit jeruk keprok (Citrus maxima) mengandung senyawa terterntu yang memiliki efek sitotoksik. Senyawa kurkumin yang terdapat dalam tanaman bergenus curcuma terbukti dapat menginduksi apoptosis sel kanker dan cell cycle arrest pada berbagai jenis sel kanker. Aktivitas yang sama juga ditunjukkan oleh senyawa brazilin dan brazilein yang terdapat banyak dalam kayu secang. Saat ini, herbal digunakan sebagai supportive therapy atau pendukung terapi yang umum dilakukan. Namun demikian, penggunaan berbagai jenis herbal tersebut sebaiknya dilakukan secara bijak terutama oleh pasien kanker.
Herbal diketahui juga memiliki efek yang menyebabkan kerusakan genetik (genotoksik). Oleh karena itu, saat ini BPOM juga sedang mengembangkan uji genotoksik terhadap herbal untuk lebih memastikan keamanan konsumsi herbal. Raisatun Nisa S, S.Farm. menyebutkan bahwa meskipun ada kemungkinan herbal bersifat genotoksik, berdasarkan penelitian dan referensi yang ada disebutkan juga bahwa banyak bahan alam yang memiliki efek antigenotoksik, terutama bahan alam yang memiliki banyak senyawa antioksidan. Harapan kedepan dari ketiga pembicara dalam acara ini adalah masyarakat dapat memahami berbagai faktor pemicu kanker dan dapat melakukan tindakan preventif serta lebih cerdas dalam memilih herbal yang dikonsumsi baik sebagai tindakan preventif maupun untuk pengobatan.