Gambar 1. [A] Tanaman kelor secara keseluruhan, [B] Daun kelor (Brenner, 2002)
1. Nama tumbuhan
Nama ilmiah: Moringa oleifera L.
Nama lokal : kelor
2. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.
3. Uraian tumbuhan
Moringa oleifera L. dapat berupa semak atau dapat pula berupa pohon dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah.
4. Kandungan kimia dan manfaat tumbuhan
Moringa oleifera L. mengandung kombinasi senyawa yang unik yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC) merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman, termasuk Moringa oleifera L., dan memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker. Di alam isotiosianat berada dalam bentuk benzil isotiosianat (BITC) [Gambar 2.A], phenetil isotiosianat (PEITC) [Gambar 2.B], atau phenyl isotiosianat (PITC) [Gambar 2.C] (Bose, 2007). Isotiosianat terlepas dari tanamannya melalui aksi enzim mirosinase setelah sel tanaman itu rusak, seperti saat dipanen atau saat dikunyah (Zhang dkk., 2009). Atas dasar fakta-fakta tersebut berbagai penelitian mengenai isotiosianat telah banyak dilakukan.
Gambar 2. [A] Struktur benzil isotiosianat [B] fenetil isotiosianat [C] fenil isotiosianat (Bose, 2007)
5. Penelitian mekanisme antikanker
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mekanisme aksi isotiosianat adalah melalui induksi enzim pemetabolisme fase 1 dan enzim pemetabolisme fase 2. (Hetch, 1999). Efektifitas tanaman ini sebagai agen antikanker juga terbukti dari beberapa publikasi penelitian yang menyatakan bahwa benzyl isothiosianat (BITC) secara in vitro mampu menginduksi apoptosis terhadap sel kanker ovarium (Bose, 2007). BITC juga dapat menginhibisi pertumbuhan sel kanker pankreas BxPC-3 secara signifikan dengan IC50 8 μM melalui fase G2/M cell cycle arrest serta induksi apoptosis (Srivastava dan Singh, 2004). Bharali dkk melaporkan bahwa ekstrak etanolik dari Moringa oleifera L. berpotensi sebagai agen kemoprefentif terhadap karsinogenesis yang disebabkan oleh bahan kimia. PEITC mampu menginhibisi induksi kanker paru-paru oleh NNK melalui mekanisme pengurangan pembentukan DNA adduct dan juga dapat menginduksi apoptosis (Sticha dkk., 2002)
Daftar Pustaka
Anwar, F., Said, L., Ashraf, M., dan Gilani, A.H., 2007, Moringa oleifera: a Food Plant with Multiple Medicinal Uses, Phytotherapy Research, 21: 17-25.
Bose, C.K., 2007, Possible role of Moringa Oleifera L. root in epithelial ovarian cancer, MedGenMed, 9(1): 26.
Hetch, S.S., 2009, Chemoprevention of cancer by isothicyanates, modifiers of carcinogen metabolism, Journal of Nutrition, 129: 768s – 774s.
Srivastava, S.K., dan Singh, S.V., 2004, Cell cycle arrest, apoptosis induction and inhibition of nuclear factor kappa B activation in antiproliverative activity of benzyl isothiocyanate against human pancreatic cancer cells, Carcinogenesis, 25(9): 1701-1709.
Stitcha, K.R.K., Kenney, P.M.J., Boysen, G., Liang, H., Su, X., Wang, M., Upadhyaya, P., dan Hetch, S.S., Effects of benzyl isothiocyanate phenethyl isothiocyanate on DNA adduct formation by a mixture of benzo[a]pyrene and 4-(methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone in A/J mouse lung, Carcinogenesis, 23(9): 1433-1439.
Kontributor: Kholid Alfan Nur, Sarmoko