Penelitian pengembangan obat khususnya untuk terapi kanker terus dilakukan untuk memperoleh metode terapi yang efektif dan efisien. Terapi kanker dengan kemoterapi dan radioterapi tanpa diikuti dengan terapi yang lain pada umumnya akan memberikan efek samping yang merugikan bagi penderita kanker. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan akibat kemoterapi, saat ini dikembangkan terapi tertarget molekuler (Molecular Targeted Therapy), yaitu terapi dengan target molekuler spesifik yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker. Saat ini teknologi terus dikembangkan untuk mendukung terapi tertarget molekuler.
Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) merupakan teknologi terapi untuk mengubati kanker yang terlokalisasi. Terapi ini dilakukan dengan mengijeksikan suatu senyawa obat yang dapat terlokalisasi di tempat pertumbuhan kanker. Senyawa obat ini mengandung boron sebagai isotop non-radioaktif yang dapat menangkap neutron. Pasien kemudian diradiasi menggunakan neutron. Energi neutron akan ditangkap oleh boron (capture agent) dan Dan akan memecah boron menjadi partikel lithium (li) dan Helium atau partikel alfa. Partikel alfa merupakan partikel berenergi tinggi yang dapat merusak sel kanker sehingga sel kanker akan mati.
Pada tahun ini, Indonesia mulai mengembangkan BNCT melalui kerjasama antara Fakultas Farmasi UGM dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kerjasama antara Fakultas Farmasi UGM dengan BATAN untuk pengembangan BNCT dilakukan pada awal tahun ini yang secara resmi dimulai sejak penandatanganan kerjasama antara kedua pihak. Seremonial penandatangan kerjasama antara Fakultas Farmasi UGM dan BATAN dilakukan pada Kamis, 30 Januari 2014. BATAN akan menyiapkan teknologi untuk menembakkan neutron (Neutron generator), sementara Fakultas Farmasi UGM mengembangkan senyawa mengandung boron yang memiliki target molekuler spesifik.
Dalam kerjasama antara Fakultas Farmasi UGM dengan BATAN, CCRC akan ikut berperan dalam pengembangan senyawa mengandung boron. Penelitian aktivitas sitotoksik berbagai senyawa, baik isolat maupun senyawa hasil sintesis yang telah dilakukan CCRC selama ini menjadi dasar pengembangan senyawa mengandung boron. Berbagai senyawa yang memiliki target spesifik, baik reseptor maupun molekul tertentu yang terlibat dalam pertumbuhan kanker akan dicoba untuk dibuat senyawa yang dapat mengikat boron sehingga dapat diaplikasikan untuk BNCT. Hasil sintesis senyawa boron dan uji aktivitas sitotoksik yang dilakukan oleh CCRC diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan BNCT di Indonesia yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat.