10 – 15 Agustus 2015, Cancer Chemoprevention Research Center berhasil mengantarkan dua tim mewakili Fakultas Farmasi UGM dalam kompetisi bergengsi dua tahunan yang diselenggarakan ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI). Bidang kompetisi yang diikuti adalah Lomba Produk Mahasiswa Farmasi Indonesia (LPMFI). PIMFI pada tahun 2015 ini dilaksanakan di kawasan Jatinangor dan Bandung, Jawa Barat.
Selasa, 4 Agustus 2015, Universitas Gajah Mada (UGM) terutama Fakultas Farmasi kedatangan tamu dari NAIST (Nara Institute of Science and Technology) Jepang. Tamu-tamu tersebut merupakan sensei (dosen) Farmasi di NAIST yaitu Prof. Kazuhiro Shiozaki, Mr. Tadashi Nakano, Prof. Masashi Kawaichi, dan Mr. Tsutomu Hashida.
Agenda Pertama tamu NAIST yaitu pertemuan dan diskusi dengan Dekan Fakultas Farmasi di Ruang Sidang Unit 1 Fakultas Farmasi. Pertemuan tersebut membahas tentang Penguatan Kerjasama antara Fakultas Farmasi UGM dengan NAIST Terutama Kerjasama dalam Bidang Akademik dan Research.
Sabtu lalu, 27 Juni 2015, takmir Masjid Jami’ At-Taqwa Minomartani bekerja sama dengan CCRC Farmasi UGM mengadakan workshop jurnalistik dengan pembicara Darwis Tere Liye. Sekitar 40 perserta remaja usia 16-20 tahun yang terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa mengikuti workshop tersebut. Kegiatan ini sangat penting untuk menggugah minat dan semangat menulis remaja, sehingga dapat menyebarkan kebaikan ke segala penjuru dunia melalui tulisan.
Suasana Workshop Jurnalistik bersama Tere Liye
Menulis itu bagaikan nyala api kecil yang akan semakin besar nyalanya jika terus dilatih. Namun, kendala terbesarnya adalah mood dan kesibukan. Oleh karena itu, motivasi menulis harus diluruskan dan dikukuhkan. Motivasi menulis karena uang, ingin terkenal, ataupun ingin jalan-jalan keliling dunia tentu saja tidak salah. Namun, motivasi tersebut akan menyebabkan kegiatan menulis tidak bertahan lama. Motivasi yang benar adalah menulis untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan ke seluruh penjuru dunia. Tere liye mengibaratkan seorang penulis bagaikan pohon kelapa yang hanya bisa diam di tempat, namun dapat menyebarkan buah-buahnya ke seluruh penjuru dunia melalui arus air laut.