Gambar 1. Buah anggur (Vitis vinifera)
1. Nama Tanaman
Nama : anggur
2. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Rosidae
Ordo : Rhamnales
Famili : Vitaceae
Genus: Vitis
Spesies : Vitis vinifera, Vitis labrusca
3. Uraian Tanaman
Perdu merambat, panjang dapat mencapai 10 m, daun bulat bercangap dengan pinggir bergerigi dan ujung melancip. Bunga tersusun dalam malai. Buah bulat atau agak lonjong berukuran +/- 2 cm, berkulit halus, warna beragam, daging buah manis asam, mengandung 2-4 biji. Tidak semua jenis dari marga Vitis dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca. Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kulit tipis, rasa manis dan segar.
b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dari permukaan laut beriklim kering.
c) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion.
Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri:
a) Kulit tebal, rasa masam dan kurang segar.
b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl.
c) Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon dan Isabella.
4. Kandungan dan Manfaat Tanaman
Trans-Resveratrol(trans-3,5,4′-Trihydroxystilbene;3,4′,5-Stilbenetriol(trans-Resveratrol; (E)-5-(p-Hydroxystyryl)resorcinol (E)-5-(4-hydroxystyryl)benzene-1,3-diol.
Anggur dimanfaatkan sebagai buah segar maupun untuk diolah sebagai jadi produk lain seperti minuman fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkohol biasa disebut Wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli.
5. Penelitian Mekanisme Antikanker
Penelitian in vitro yang bertujuan untuk mendeterminasi mekanisme molekuler efek resveratrol (RES) terhadap proses apoptosis pada sel retinoblastoma, telah dilaksanakan dengan menggunakan model sel retinoblastoma manusia Y79 dan sel Neoroblastoma SK-N-AS sebagai pembanding. Sebagai langkah paling awal diukur viabilitas sel Y79 ditentukan dengan menggunakan teknik Flourescent base assay. Selanjutnya efek anti proliferative dan pro-apoptotik ditentukan dengan mengunakan Hoechst stain 33258 dianjutkan dengan flow cytometry. Perubahan potensial trans-membran mitokondria diduga menentukan lepasnya sitokrom-c. Penurunan nilai potensial transmembran mitokondia ditentukan sebagai suatu fungsi drug treatment menggunakan 5,5’, 6,6’, -tetrachloro-1,1’, 3,3’-tetraethylbenzamidazolocarbocyanin iodide (JC-1). Secara kualitatif lepasnya sitokrom-c dari mitokondria ditentukan dengan immunoblotting. Sedangkan aktivitas ensim caspase-9 dan 3 dideterminasi melalui kemampuannya untuk memecah suatu peptida substrat ensim flourogenik nilai aktivitas dinyatakan dalam satuan Rfu (Relative fraction unit).
Efek anti-proliveratif RES diinisiasi dengan terinduksinya cell cycle arrest dan dilanjutkan proses apoptosis. Lepasnya sitokrom-c dari membrane dalam mitokondria terjadi antara lain bila mitokondria mengalami perubahan potensial transmembran (∆Ψm). RES juga telah diidentifikasi mengambat aktivitas beberapa ensim yang terkait karsinogenesis seperti :
1. Ensim-ensim mitochondrial electron transport chain:
a. NADH/ubiquinone oxidoreductase (complex-1) Fang & Casida (1998),
b. F0-F1 ATP-ase (Zheng & Raminez, 2000; Kipp & Raminez, 2001; Gledhill & Walker, 2005),
2. Seluler enzim seperti :
a. DNA Polimerase α dan β (Stivilla et al., 2001, Locatelli et al., 2005),
b. Cyclooxigenases (COX-1 & COX-2)( Jang et al, 1997; Szewczuk, Forti, Stivalia, Penning, 2004)
c. Human cytochrome-c P450 isoenzymes : CYP 1A1 (Chun, Kim, Guengerich, 1999).
d. NRH/quinone oxidoreductase 2 (NQO2=NAD(P)H quinone oxidoreductase 2)/quinone reductase-2(QR-2). Enzim ini ini akan membentuk kompleks flavoprotein dengan resveratrol (Buryanovskyy et al., 2004) sehingga akan mereduksi metabolisme quinnone dan derivate-derivatnya guna melindungi sel dari siklus redoks dan stress oksidatif (Iskander and Jaiswal).
Penelitian ini adalah peneltian pertama yang mempelajari efek kemoterapeutik RES dalam mekanisme apoptosis pada sel line RB secara in vitro. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menginspirasi para klinisi dalam penatalaanaan RB dengan pendekatan kemopreventif yang dimiliki oleh senyawa alam (natural) atau sintetiknya di kemudian hari.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa RES memiliki aktivitas anti-proliferatif dan efek pro-apoptotik pada beberapa tumor cell lines. Walau demikian mekanisme molekuler peran anti-tumor RES belum teridentifikasi dengan baik.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa :
Pemberian RES dalam konsentrasi dan periode waktu yang berbeda mampu menginduksi apoptosis. Hal ini didukung dengan morfologi sel apoptosis : kondensasi kromatin, meningkatnya populasi fraksi sel sub G1.
Anti proliferative RES ditunjukan dengan meningkatnya populasi fraksi sel S (fase synthesis) dibandingkan dengan control tanpa perlakuan (UNT). Pada penelitian sebelumnya dengan tumor cell lines yang lain, ditemukan bahwa RES mampu menghambat aktivitas catalytic ensim tumor promoting COX-1 dan COX-2 dan dapat menghambat DNA sintesis dengan mengadakan interaksi langsung dengan DNA Polimerase α dan β (Stivilla, et al., 2001) dari sini diketahui bahwa RES mampu memblokir progresi siklus sel. Pada penelitian in vivo RES menekan regulasi ekspresi COX-2 dengan cara menghambat aktivitas factor transkripsi NF-κB (Banerjee, Bueso-Ramos, Aggarrwal, 2002).
Induksi RES pada pelepasan sitokrom-c, peningkatan aktivitas caspase-9 dan caspase-3 merupakan indikasi kuat teraktivasinya proses apoptosis. Aktivitas jalur intrinsik dan ekstrinsik apoptosis akan meningkat akibat induksi RES (Fulda and Debatin, 2005; Dorrie, Gerauer, Watcher and Zunino, 2001). Pada penelitian ini RES diketahui mampu menurunkan nilai potensial membrane mitokondria secara signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa penurunan potensial trans membrane mitokondria merupakan tahap awal dari RES-induced apoptosis.
Penurunan nilai potensial membrane mitokondia (∆Ψm) tidak terkait dengan penghambatan ekspresi NQO2. Ketidakhadiran NQO2 di mitokondria, penghambatan ekspresinya di sel Y79, dan sensitivitas sel terhadap potensi sinyal apoptotik RES mengindikasikan bahwa ada alternatif lain molekul target RES yang berada di mitokondria.
Lepasnya sitokrom-c dari inner membrane mitokondria membutuhkan bantuan factor-faktor yang berada sebagai komponen sitosolik. Telah banyak diketahui bahwa Bax merupakan protein yang menginduksi lepasnya sitokrom-c. Penelitian Mahyar-Roemer, Kohler & Roemer (20020 melaporkan bahwa RES mampu menginduksi ekspresi Bax-independent mitochondrial apoptosis. Dilaporkan oleh Pozo-Guisado, Merino, Mullero-Novaro, et. al.(2005), bahwa RES mampu menekan regulasi ekspresi protein anti-apoptotic BCl2 dan BCl-XL.
Potensi pro-apototic RES makin dijelaskan dengan adanya peningkatan aktivitas ensim caspase-9 dan caspase-3 dalam pemecahan peptide flourogenik yang menyerupai substrat alami ke dua ensim tersebut.
Kesimpulan :
RES mampu menginduksi jalur intrinsik apoptosis yang diperankan oleh mitokondria dengan cara :
a. Menurunkan potensial transmembrane mitokondria (Δψm).
b. Meningkatkan pelepasan sitokrom-c.
c. Meningkatkan aktivitas caspase 9.
d. Meningkatkan aktivitas caspase 3
Daftar Pustaka:
Sareen, D., Paul R. van Ginkel, Jennifer C., Takach, Mohiuddin, A., Darjatmoko, S.R., Daniel M., Albert, and Polans A.S., 2006, Mitochondria as the Primary Target of Resveratrol-Induced Apoptosis in Human Retinoblastoma Cells, Investigative Ophthalmology and Visual Science, 47 (9):3708-3716
Kontributor :